Tuesday, May 24, 2005

PUREL

Ini tulisan tentang seorang PR, yang ideal untuk bisa seperti ini perlu banyak latihan, silakan membaca dan praktiknya jangan lupaaaa, ok!

“Public Speaking” dan Seorang Humoris
Oleh: Maylanny Christin

Siapakah public speaking itu? Apakah ia pesinetron, artis, dokter, wartawan, guru, ustad, atau ibu rumah tanggakah? Siapapun yang hidup bermasyarakat, berorganisasi, dan tinggal dalam sebuah koloni, maka suatu saat pastilah menjadi seorang public speaking, karena Ia akan mengkomunikasikan gagasan, ide atau pendapat pada banyak orang. Sebagai konsekuensi logis karena kita adalah mahluk zoon politicon

Pastilah ada satu kesempatan yang mengharuskan kita menjadi pembicara didepan banyak orang, entah memimpin rapat, menjadi MC, mengajar / memberikan pengarahan dll. Jika kita tidak terbiasa tentunya akan merasa tegang dan sangat tidak nyaman.

Artinya, kita takut akan terlihat buruk, bodoh, gugup dan salah tingkah. Satu diantara sekian banyak cara ampuh mengatasi hal tersebut adalah berhumor ria. Dalam berbicara didepan umum, mengapa kita harus menggunakan humor? Saya ingin berbagi cerita milik mahasiswa.

Pada suatu hari Amalia (bukan nama sebenarnya) diminta untuk menjadi MC pada sebuah acara yang bertajuk “Festifal Ranah Budaya”. Acara ini adalah acara tahunan dikampusnya Dalam acara ini ada beberapa rangkaian kegiatan seperti: pemutaran film, book fair, pertunjukan teater, dan lomba pembacaan puisi.

Pemuturan film waktu itu judulnya BETH, film yang dibintangi artis cantik Ine Febrianti. Sudah tentu audience tampak antusias melihat Ine ‘rela’ makan bareng anjing dan kecoa. Otomatis MC tidak perlu bekerja keras mengatur audiencenya untuk berkonsentrasi menonton film.

Begitu pula saat pemutaran film tersebut sutradara, penulis, dan pemain mengadakan pers conference Karuan saja seluruh audience yang didominasi oleh mahasiswa histeris melihat pemain-pemain dalam Peran MC disini memang agak berat harus membuat penonton yang begitu exited potret sana potret sini, bahkan nyelonong ke podium, agar lebih tertib. Namun, tugas seorang pembawa acara, akan lebih sulit lagi, kalau harus menghidupkan suasana yang mati alias ‘garing ‘ kata orang Sunda.
Dengan jumlah peserta yang puluhan orang dan masing-masing ingin berekspresi dengan judul puisi yang itu-itu saja, bisa dibayangkan bagaimana jenuhnya, berada dalam sebuah aula yang dingin ber – AC dan hanya diterangi lampu berwarna kuning yang reduop. Tentunya akan sangat mudah kita merasa terhanyut oleh kantuk yang tidak tertahankan.

Peserta demi peserta yang asik membacakan puisi karya Remy Sylado berjudul “Jangan Bilang Kontol”. Entah mengapa hampir seluruh peserta memilih puisi itu. Spontanitas Amalia bertanya pada audiencenya: “Katanya jangan bilang kontol)*, tapi kenapa kata itu diucapkan terus? ” kontan semua peserta dan penonton tertawa ada pula yang hanya mesem-mesem senyum dikulum. Ajaibnya berikutnya puisi-puisi yang dibacakan peserta menjadi lebih beragam.

Sebetulnya banyak manfaat yang didapat seorang public speaking lewat humor. Selain, membuat punya sifat humoris, kita juga bisa mengatasi ketegangan yang dihadapi ketika berada dalam forum yang begitu kaku atau terbebani dengan materi yang kompleks yang harus disampaikan. Dengan tawa, stress kita dan audience bisa hilang “Lewat humor, suasana pergaulan jadi cair. Tak heran seorang public speaking yang humoris disukai banyak orang
Tertawalah sebelum Anda memotivasi seseorang, senyumlah bila Anda sedang stres menghadapi susunan acara yang akan Anda pandu. Lemparkan joke-joke ringan yang menggelitik. Daripada muka Anda merah menyala karena malu atau gugup, mulailah hari kerja Anda dengan humor. Disinyalir, tertawa selain obat mujarab juga merupakan perangsang motivasi. Bahkan Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu. Sebab bila terus dipaksakan dengan memikul beban-beban yang berat Ia akan menjadi buta”

(HR Abu Dawud)

Dalam pergaulan sehari-hari orang yang humoris lebih mudah didekati dan cenderung lebih disukai. Charles Metcalf penulis buku lighten Up Survival for people under preasusure, mengatakan bahwa humor adalah bukan semua jenis lelucon yang diiringi tawa. Humor lebih merupakan cara melihat, bereaksi dan berinteraksi terhadap dunia.
Keahlian humor menjadi ciri utama bagi orang-orang yang maju pesat tapi tetap kreatif dan sehat menghadapi situasi yang sangat menekan sekalipun. jangan takut humor Anda akan membuat orang lain tertawa atau tidak, coba saja

(Penulis adalah staf dosen Politeknik Pajajaran Bandung,
mengajar mata kuliah MC Dan Protokoler, jurusan Sekertaris dan Public Relation)

No comments: