Thursday, October 15, 2015

MATERI ACARA TALKSHOW RADIO MOM AND KIDS RADIO BANDUNG

Public Speaking dan Kebahagiaan
Disampaikan Dalam “Talkshow Public Speaking,
Jum’at 16 Oktober 2015 di Radio Mom and Kids 99,2 FM Bandung

Oleh :
Maylanny Christin
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Telkom

Kebahagiaan dalam bahasa Dalam Bahasa Yunani di kenal dengan istilah eudaimonia yang memiliki arti kebahagiaan. Kata ini terdiri dari dua suku kata “en” (“baik”, “bagus”) dan “daimon” (“roh, dewa, kekuatan batin”). kendati demikian, kata kebahagiaan dalam bahasa Indonesia tersebut masih belum cukup kokoh untuk menjelaskan maksud pengertian asli dari kata Yunani tersebut. Lalu adakah kaitannya antara kebahagian dan kepribadian dan talkshow mengenai public speaking kita pada hari ini?
Tentu saja ada Moms dan Paps, Psikologi Positif ala Seligman menyatakan berawal dari premis bahwa manusia itu “pada dasarnya happy” apakah kita orang optimis atau pesimis? Dalam hal ini, Seligman menguraikan jawabannya. Menurut dia, elemen optimisme bisa ditebak dari cara kita menjelaskan kejadian (baik kejadian buruk atau baik) yang menimpa diri kita. Disini kita dikenalkan dengan dua tipe penjelasan. Permanence dan Pervasiveness.
Tipe penjelasan yang pertama adalah: Permanence. Orang yang pesimis selalu menjelaskan peristiwa buruk yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang cenderung permanen (misal: bos saya selalu menyalahkan saya; atau  saya tidak pernah berhasil menjadi entrepreneur; atau  saya tidak akan pernah bisa lulus tes asesmen; dst. ). Kalimat “selalu” atau “tidak pernah” adalah sesuatu yang permanen; dan orang pesimis cenderung suka menggunakan kalimat itu (baik secara terbuka atau dalam hati).
Sebaliknya orang optimis akan memandang kejadian buruk (bad events) yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang bersifat temporer (misal: hari ini bos saya lagi bad mood; atau bos saya marah kalau saya terlambat menyelesaikan laporan; atau saya tidak berhasil dalam bisnis karena salah memilih lokasi toko; dst).  Contoh kalimat yang bersifat temporer semacam ini membuat orang bisa melihat kejadian buruk sebagai sesuatu yang bersifat sementara — bukan permanen — dan bisa dihindari di masa mendatang.
Tipe penjelasan yang kedua adalah: Pervasiveness. Orang yang pesimis cenderung memberikan penjelasan yang menggeneralisir (pervasive) atas bad events yang ada di sekeliling mereka (misal: semua bos disini diktator atau semua peraturan di perusahaan ini tidak fair; semua buku motivasi itu isinya hanya sampah; dan beragam kalimat sejenisnya). Pervasive artinya kita menggeneralisasi akan sesuatu peristiwa atau kejadian.
Sebaliknya, orang yang optimis akan memberikan penjelasan yang bernada spesifik (bukan pervasive dan generalisasi), misalnya seperti: bos di bagian keuangan itu diktator ; ada peraturan di bidang uang lembur yang tidak fair; atau buku motivasi yang sedang saya baca sekarang ini isinya tidak bagus. Penjelasan yang bersifat spesifik — dan bukan generalisasi — membuat kita bisa melihat bahwa sesungguhnya tidak semua dimensi dalam suatu kejadian/peristiwa itu merugikan. Pasti masih ada celah positif di balik beragam dimensi lainnya.
MODERATOR
1. Lalu apa kaitannya antara kebahagiaan dan public speaking?
Salah satu kebutuhan manusia adalah berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan apa yang ingin disampaikan agar dapat dimengerti oleh orang lain adalah salah satu kebahagiaan. Seperti yang diungkapkan oleh Myer tentang indikator kebahagiaan, yaitu :
1.     menghargai diri sendiri,
2.     optimis,
3.     terbuka dalam hal komunikasi, dan
4.     mampu mengendalikan diri sendiri
2. Apakah karakter menentukan seseorang menjadi handal atau tidak dalam public speaking?
Penting bagi kita untuk mempunyai kemampuan untuk berbicara di depan umur atau yang biasa disebut sebagai public speaking. Dengan modal percaya tinggi kita bisa sukses sebagai public speaker yang handal, tetapi bukan berarti orang yang pemalu tidak bisa menjadi public speaker, kemampuan berbicara di depan umum bisa diasah.
3. apa saja langkah yang bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan PS?
Langkah pertama berlatih untuk menjadi public speaker yang baik adalah
1.     berlatihlah berbicara di depan cermin. Bagi yang belum mampu berbicara dengan baik, anda bisa berlatih melihat anda di cermin, dengan berlatih di cermin anda juga dapat mengoreksi diri anda.
2.     Cara kedua adalah berlatih untuk presentasi. Dengan melakukan presentasi seperti di sekolah, kuliah, dan di kantor, dengan memberikan presentasi atau menjawab pertanyaan, itu sudah melatih anda berbicara di depan umum.
3.     Cara ketiga anda bisa berbicara sendiri saat berjalan, duduk, membaca, secara tidak langsung itu semua bisa membantu kemampuan berbicara anda, dan mengatur intonasi suara anda. Anda sendiri bisa membedakan mana suara yang lebih enak di dengar saat orang lain sedang berbicara.
4.     Sebelum menjadi seorang Public Speaking, Anda harus mempelajari terlebih dahulu seluk-beluk hal yang harus anda bahas nantinya. Dan jangan berbicara menurut pemikiran dari sisi anda. Sebaiknya berfikir jugalah dari sudut pandang para pendengar. Hal tersebut akan membuat Anda semakin berbaur kepada para pendengar.
5.     Detik-detik sebelum acara di mulai, anda terserang rasa grogi akut? Sampai sampai ingin mati rasanya? Terlebih lagi jantung anda tak henti-hentinya berdebar dengan kencang. Ikuti solusi singkat ini! Ambilah nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan-lahan. Lakukanlah beberapa kali. Berpenampilan lah dengan sebaik mungkin, namun jangan berlebihan. Bukan hanya dari pakaian yang sedang anda kenakan, tapi juga dilihat dari cara berjalan anda, gerak gerik, hingga cara anda bertutur kata.
6.     Update terus pengetahuan anda, bukan hanya bidang yang anda kuasai saja, tapi sebaiknya seluruh bidang. Dengan begitu wawasan anda pun semakin luas. Dan bias menjadi bahan pembicaraan bagus untuk di kaitkan dalam bahan bicara anda. Pelajarilah lima teknik berikut sebagai pedoman langkah awal Anda menjadi public speaking.

4. Persiapan apa saja yang bisa dilakukan?
 Persiapan yang bisa dilakukan adalah :
a. menyiapkan konsep
Tentukan yang ingin Anda sampaikan. Apa yang akan Anda lakukan dan bagaimana Anda melakukannya, tuangkanlah dalam konsep. Konsep seperti script yang Anda siapkan sebagai bahan untuk dibicarakan. Tentu dengan kalkulasi bagaimana membuat apa yang akan Anda bicarakan bisa menimbulkan kesan luar biasa bagi audiens.
b. Eksplorasi
Jelajahilah apa yang dapat mendukung konsep Anda. Bisa berupa riset kecil-kecilan, keterkaitan konsep dengan berita-berita aktual atau kesesuaian tema secara spesifik kepada audiens. Disini, konsep dijadikan sebagai induk dari segala informasi. Kemudian hasil analisis eksplorasi untuk menguatkan konsep dan menjadikan penyampaian semakin luar biasa.

c. hal teknis maupun nonteknis
Hal-hal teknis maupun nonteknis perlu Anda persiapkan. Hal teknis contohnya lokasi tempat bicara, peralatan yang menunjang konsep yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Latihan termasuk bagian dari persiapan, karena beda orang profesional dan amatir biasanya bisa dilihat dari seberapa intens latihannya.
Persiapan non teknis berhubungan dengan antisipasi terhadap hal-hal yang tak terduga, misal kecenderungan terlambat, jatah waktu yang tak sesuai atau malah urutan pembicara yang bisa jadi menyampaikan tema yang mirip. Pastikan segala persiapan benar-benar sesuai dengan konsep Anda.
d. Action
Saatnya Anda beraksi. Ukurlah durasi, melakukan 5 menit pertama yang memukau dan tentu saja menjelaskan slide dan bukan dijelaskan slide (ini kalau melakukan presentasi dengan komputer). Action juga berhubungan dengan interaksi dengan audiens, menyikapi pertanyaan dan tentu saja melakukan closing yang dahsyat. Gabungan konsep, eksplorasi dan persiapan berhubungan erat dengan hasil action ini. Apa yang akan Anda lakukan selama speaking, tentu harus sudah dikonsep dan (jika bisa) dituangkan dalam bentuk tertulis atau ringkasan. Materi bisa disampaikan secara empati dan tepat sasaran bila Anda mengeksplorasi tentang siapa yang menjadi audiens.
e. Penyelesaian masalah
Selama durasi bicara, mungkin saja kesalahan terjadi. Baik itu kesalahan teknis, karena peralatan tak sesuai standar, atau informasi tentang audiens yang tak akurat, atau malah materi yang tak sesuai dengan permintaan dari audiens. Anda harus memiliki kemampuan untuk bisa melakukan antisipasi yang terencana. Nervous sebelum 'manggung' juga perlu diantisipasi. Baik diri sendiri maupun orang lain, pemecahan masalah merupakan akumulasi dari pengalaman.

Menurut Prof. Seligman, ada tiga cara untuk bahagia:
1. Have a Pleasant Life (life of enjoyment):
Milikilah hidup yg menyenangkan, dapatkan kenikmatan sebanyak mungkin. ini mungkin cara yg ditempuh oleh kaum hedonis. Tapi jika ini cara yang kita tempuh, hati-hati dengan jebakan hedonic treadmill (= semakin kita mencari kenikmatan, semakin kita sulit dipuaskan) dan jebakan habituation (kebosanan karena terlalu banyak, misalnya; makan es krim pada jilatan pertama sangat nikmat, tapi pada jilatan keduapuluh, kita jadi pengin muntah). tapi pada takaran yg pas, cara ini bisa sangat membahagiakan. Dalam berbicara tekadang kita lupa mendengarkan orang lain
2.   Have a Good Life (life of engagement):
      Dalam bahasa aristoteles disebut eudaimonia, terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yg membuat kita mengalami "flow". merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan-akan waktu berhenti bergerak, kita bahkan tidak merasakan apapun, karena sangat "khusyu'". fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan Seligman, Mihaly Csikzentmihalyi. dan memberikan 7 ciri-ciri kita dalam kondisi flow:
a)                Sepenuhnya terlibat pada apa yg kita lakukan (focused, khusyu').
b)                Merasakan senses of “ecstasy" (seperti berada di luar realitas sehari-hari).
c)                Memiliki "kejernihan yang luar biasa" (benar-benar memahami apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya).
d)                Menyadari bahwa tantangan pekerjaan yang sedang ia hadapi benar-benar dapat diatasi (bahwa skill yang kita miliki cukup memadai untuk mengerjakan tugas tersebut).
e)                Merasakan "kedamaian hati" ( tidak ada kekhawatiran dan merasakan diri kita sedang bertumbuh melampaui ego kita sendiri).
f)                 Terserap oleh waktu (karena khusyu' mengerjakan dan benar-benar terfokus pada "saat ini dan disini", waktu seakan-akan berlalu tanpa terasa).
g)                Motivasi Intrinsik (dimana merasakan "flow" itu sendiri sudah merupakan hadiah yang cukup berharga untuk melakukan pekerjaan itu).
3. Have A Meaningful Life (life of Contribution) :
Milikilah semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau mahluk lain. Menjadi bagian dari organisasi atau kelompok, tradisi atau gerakan tertentu. Merasa hidup kita memiliki "makna" yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding diri kita sendiri. Jadikan kegiatan public speaking ini menjadi sarana untuk membagi apa yang kita tahu sebagai kontribusi kita terhadap orang lain.


Menurut Martin Seligman (2002), pendiri gerakan psikologi positif, Psikologi positif mengidentifikasi kekuatan dalam diri manusia untuk mencapai kesehatan dan kebahagiaan. Bukan hanya terhindar dari penyakit, tetapi juga hidup bahagia. Bukan hanya sekedar hidup (living), tetapi juga bagaimana mengembangkannya (thriving).