Public
Speaking dan Kebahagiaan
Disampaikan
Dalam “Talkshow Public Speaking,
Jum’at
16 Oktober 2015 di Radio Mom and Kids 99,2 FM Bandung
Oleh
:
Maylanny
Christin
Dosen
Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Telkom
Kebahagiaan dalam
bahasa Dalam Bahasa Yunani di kenal dengan istilah eudaimonia yang
memiliki arti kebahagiaan. Kata ini terdiri dari dua suku kata “en” (“baik”,
“bagus”) dan “daimon” (“roh, dewa, kekuatan batin”). kendati demikian,
kata kebahagiaan dalam bahasa Indonesia tersebut masih belum cukup kokoh untuk
menjelaskan maksud pengertian asli dari kata Yunani tersebut. Lalu adakah
kaitannya antara kebahagian dan kepribadian dan talkshow mengenai public
speaking kita pada hari ini?
Tentu saja ada Moms dan Paps, Psikologi
Positif ala Seligman menyatakan berawal dari premis bahwa manusia itu “pada
dasarnya happy” apakah kita orang optimis atau pesimis? Dalam hal ini, Seligman
menguraikan jawabannya. Menurut dia, elemen optimisme bisa ditebak dari cara
kita menjelaskan kejadian (baik kejadian buruk atau baik) yang menimpa diri
kita. Disini kita dikenalkan dengan dua tipe penjelasan. Permanence dan Pervasiveness.
Tipe penjelasan yang pertama adalah:
Permanence. Orang yang pesimis selalu menjelaskan peristiwa buruk yang
menimpa mereka sebagai sesuatu yang cenderung permanen (misal: bos saya selalu
menyalahkan saya; atau saya tidak pernah berhasil menjadi entrepreneur;
atau saya tidak akan pernah bisa lulus tes asesmen; dst. ). Kalimat
“selalu” atau “tidak pernah” adalah sesuatu yang permanen; dan orang pesimis
cenderung suka menggunakan kalimat itu (baik secara terbuka atau dalam hati).
Sebaliknya
orang optimis akan memandang kejadian buruk (bad events) yang menimpa mereka
sebagai sesuatu yang bersifat temporer (misal: hari ini bos saya
lagi bad mood; atau bos saya marah kalau saya terlambat menyelesaikan laporan;
atau saya tidak berhasil dalam bisnis karena salah memilih lokasi toko;
dst). Contoh kalimat yang bersifat temporer semacam ini membuat orang
bisa melihat kejadian buruk sebagai sesuatu yang bersifat sementara — bukan
permanen — dan bisa dihindari di masa mendatang.
Tipe penjelasan yang kedua
adalah: Pervasiveness. Orang yang pesimis cenderung memberikan penjelasan yang
menggeneralisir (pervasive) atas bad events yang ada di sekeliling mereka
(misal: semua bos disini diktator atau semua peraturan di perusahaan ini tidak
fair; semua buku motivasi itu isinya hanya sampah; dan beragam kalimat
sejenisnya). Pervasive artinya kita menggeneralisasi akan sesuatu peristiwa
atau kejadian.
Sebaliknya,
orang yang optimis akan memberikan penjelasan yang bernada spesifik (bukan
pervasive dan generalisasi), misalnya seperti: bos di bagian keuangan itu
diktator ; ada peraturan di bidang uang lembur yang tidak fair; atau buku
motivasi yang sedang saya baca sekarang ini isinya tidak bagus. Penjelasan yang
bersifat spesifik — dan bukan generalisasi — membuat kita bisa melihat bahwa
sesungguhnya tidak semua dimensi dalam suatu kejadian/peristiwa itu merugikan.
Pasti masih ada celah positif di balik beragam dimensi lainnya.
MODERATOR
1. Lalu apa kaitannya antara kebahagiaan dan public
speaking?
Salah
satu kebutuhan manusia adalah berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan apa
yang ingin disampaikan agar dapat dimengerti oleh orang lain adalah salah satu
kebahagiaan. Seperti yang diungkapkan oleh Myer tentang indikator kebahagiaan,
yaitu :
1.
menghargai diri sendiri,
2.
optimis,
3.
terbuka dalam hal komunikasi, dan
4.
mampu mengendalikan diri sendiri
2. Apakah karakter menentukan seseorang
menjadi handal atau tidak dalam public speaking?
Penting
bagi kita untuk mempunyai kemampuan untuk berbicara di depan umur atau yang
biasa disebut sebagai public speaking. Dengan modal percaya tinggi kita bisa
sukses sebagai public speaker yang handal, tetapi bukan berarti orang yang
pemalu tidak bisa menjadi public speaker, kemampuan berbicara di depan umum
bisa diasah.
3. apa saja langkah yang bisa dilakukan untuk mengasah
kemampuan PS?
Langkah pertama
berlatih untuk menjadi public speaker yang baik adalah
1.
berlatihlah
berbicara di depan cermin. Bagi yang belum mampu berbicara dengan baik, anda
bisa berlatih melihat anda di cermin, dengan berlatih di cermin anda juga dapat
mengoreksi diri anda.
2.
Cara
kedua adalah berlatih untuk presentasi. Dengan melakukan presentasi seperti di
sekolah, kuliah, dan di kantor, dengan memberikan presentasi atau menjawab
pertanyaan, itu sudah melatih anda berbicara di depan umum.
3.
Cara
ketiga anda bisa berbicara sendiri saat berjalan, duduk, membaca, secara tidak
langsung itu semua bisa membantu kemampuan berbicara anda, dan mengatur
intonasi suara anda. Anda sendiri bisa membedakan mana suara yang lebih enak di
dengar saat orang lain sedang berbicara.
4.
Sebelum
menjadi seorang Public Speaking, Anda harus mempelajari terlebih dahulu
seluk-beluk hal yang harus anda bahas nantinya. Dan jangan berbicara menurut
pemikiran dari sisi anda. Sebaiknya berfikir jugalah dari sudut pandang para
pendengar. Hal tersebut akan membuat Anda semakin berbaur kepada para
pendengar.
5.
Detik-detik
sebelum acara di mulai, anda terserang rasa grogi akut? Sampai sampai ingin
mati rasanya? Terlebih lagi jantung anda tak henti-hentinya berdebar dengan
kencang. Ikuti solusi singkat ini! Ambilah nafas dalam-dalam dan hembuskan
perlahan-lahan. Lakukanlah beberapa kali. Berpenampilan lah dengan sebaik
mungkin, namun jangan berlebihan. Bukan hanya dari pakaian yang sedang anda
kenakan, tapi juga dilihat dari cara berjalan anda, gerak gerik, hingga cara
anda bertutur kata.
6.
Update
terus pengetahuan anda, bukan hanya bidang yang anda kuasai saja, tapi
sebaiknya seluruh bidang. Dengan begitu wawasan anda pun semakin luas. Dan bias
menjadi bahan pembicaraan bagus untuk di kaitkan dalam bahan bicara anda.
Pelajarilah lima teknik berikut sebagai pedoman langkah awal Anda menjadi
public speaking.
4. Persiapan apa saja yang bisa dilakukan?
Persiapan yang bisa dilakukan adalah :
a.
menyiapkan konsep
Tentukan
yang ingin Anda sampaikan. Apa yang akan Anda lakukan dan bagaimana Anda
melakukannya, tuangkanlah dalam konsep. Konsep seperti script yang Anda siapkan
sebagai bahan untuk dibicarakan. Tentu dengan kalkulasi bagaimana membuat apa
yang akan Anda bicarakan bisa menimbulkan kesan luar biasa bagi audiens.
b.
Eksplorasi
Jelajahilah
apa yang dapat mendukung konsep Anda. Bisa berupa riset kecil-kecilan,
keterkaitan konsep dengan berita-berita aktual atau kesesuaian tema secara
spesifik kepada audiens. Disini, konsep dijadikan sebagai induk dari segala
informasi. Kemudian hasil analisis eksplorasi untuk menguatkan konsep dan
menjadikan penyampaian semakin luar biasa.
c.
hal teknis maupun nonteknis
Hal-hal
teknis maupun nonteknis perlu Anda persiapkan. Hal teknis contohnya lokasi
tempat bicara, peralatan yang menunjang konsep yang akan disampaikan dan
bagaimana cara menyampaikannya. Latihan termasuk bagian dari persiapan, karena
beda orang profesional dan amatir biasanya bisa dilihat dari seberapa intens
latihannya.
Persiapan
non teknis berhubungan dengan antisipasi terhadap hal-hal yang tak terduga,
misal kecenderungan terlambat, jatah waktu yang tak sesuai atau malah urutan
pembicara yang bisa jadi menyampaikan tema yang mirip. Pastikan segala
persiapan benar-benar sesuai dengan konsep Anda.
d.
Action
Saatnya
Anda beraksi. Ukurlah durasi, melakukan 5 menit pertama yang memukau dan tentu
saja menjelaskan slide dan bukan dijelaskan slide (ini kalau melakukan
presentasi dengan komputer). Action juga berhubungan dengan interaksi dengan
audiens, menyikapi pertanyaan dan tentu saja melakukan closing yang dahsyat.
Gabungan konsep, eksplorasi dan persiapan berhubungan erat dengan hasil action
ini. Apa yang akan Anda lakukan selama speaking, tentu harus sudah dikonsep dan
(jika bisa) dituangkan dalam bentuk tertulis atau ringkasan. Materi bisa
disampaikan secara empati dan tepat sasaran bila Anda mengeksplorasi tentang
siapa yang menjadi audiens.
e.
Penyelesaian masalah
Selama
durasi bicara, mungkin saja kesalahan terjadi. Baik itu kesalahan teknis,
karena peralatan tak sesuai standar, atau informasi tentang audiens yang tak
akurat, atau malah materi yang tak sesuai dengan permintaan dari audiens. Anda
harus memiliki kemampuan untuk bisa melakukan antisipasi yang terencana.
Nervous sebelum 'manggung' juga perlu diantisipasi. Baik diri sendiri maupun
orang lain, pemecahan masalah merupakan akumulasi dari pengalaman.
Menurut
Prof. Seligman, ada tiga cara untuk bahagia:
1.
Have a Pleasant Life (life of enjoyment):
Milikilah
hidup yg menyenangkan, dapatkan kenikmatan sebanyak mungkin. ini mungkin cara
yg ditempuh oleh kaum hedonis. Tapi jika ini cara yang kita tempuh, hati-hati
dengan jebakan hedonic treadmill (= semakin kita mencari kenikmatan, semakin
kita sulit dipuaskan) dan jebakan habituation (kebosanan karena terlalu banyak,
misalnya; makan es krim pada jilatan pertama sangat nikmat, tapi pada jilatan
keduapuluh, kita jadi pengin muntah). tapi pada takaran yg pas, cara ini bisa
sangat membahagiakan. Dalam berbicara tekadang kita lupa mendengarkan orang
lain
2.
Have a Good Life (life of engagement):
Dalam bahasa aristoteles disebut eudaimonia, terlibatlah dalam pekerjaan,
hubungan atau kegiatan yg membuat kita mengalami "flow". merasa
terserap dalam kegiatan itu, seakan-akan waktu berhenti bergerak, kita bahkan
tidak merasakan apapun, karena sangat "khusyu'". fenomena ini
diteliti secara khusus oleh rekan Seligman, Mihaly Csikzentmihalyi. dan
memberikan 7 ciri-ciri kita dalam kondisi flow:
a)
Sepenuhnya terlibat pada apa yg kita lakukan (focused, khusyu').
b)
Merasakan senses of “ecstasy" (seperti berada di luar
realitas sehari-hari).
c)
Memiliki "kejernihan yang luar biasa" (benar-benar
memahami apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya).
d)
Menyadari bahwa tantangan pekerjaan yang sedang ia hadapi
benar-benar dapat diatasi (bahwa skill yang kita miliki cukup memadai untuk
mengerjakan tugas tersebut).
e)
Merasakan "kedamaian hati" ( tidak ada kekhawatiran
dan merasakan diri kita sedang bertumbuh melampaui ego kita sendiri).
f)
Terserap oleh waktu (karena khusyu' mengerjakan dan benar-benar
terfokus pada "saat ini dan disini", waktu seakan-akan berlalu tanpa
terasa).
g)
Motivasi Intrinsik (dimana merasakan "flow" itu
sendiri sudah merupakan hadiah yang cukup berharga untuk melakukan pekerjaan
itu).
3.
Have A Meaningful Life (life of Contribution) :
Milikilah
semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau mahluk
lain. Menjadi bagian dari organisasi atau kelompok, tradisi atau gerakan
tertentu. Merasa hidup kita memiliki "makna" yang lebih tinggi dan
lebih abadi dibanding diri kita sendiri. Jadikan kegiatan public speaking ini
menjadi sarana untuk membagi apa yang kita tahu sebagai kontribusi kita
terhadap orang lain.
Menurut
Martin Seligman (2002), pendiri gerakan psikologi positif, Psikologi positif
mengidentifikasi kekuatan dalam diri manusia untuk mencapai kesehatan dan
kebahagiaan. Bukan hanya terhindar dari penyakit, tetapi juga hidup bahagia.
Bukan hanya sekedar hidup (living), tetapi juga bagaimana mengembangkannya
(thriving).