Wednesday, October 08, 2014

KEGELISAHAN VS KEBAHAGIAAN

Rabu adalah hari - hari yang biasanya aku dapatkan kesialan-kesialan tak terduga sejak bangun pagi sampai dengan tidur lagi. Dalam tradisi kristen hari Rabu itu Abu. Khusus untuk hari ini semuanya lancar - lancar saja bahkan suami yang biasanya tak mau menunggu untuk pergi bersama, kali ini dia rela meunggu senangnya. Rabu juga adalah hari saat melupakan hari selasa. Selasa kemarin adalah waktu untuk berhenti melakukan ibadah Sholat karena memang tuhan memberikan waktu libur untuk wanita.

Waktu libur itu datang dihari selasa, awalnya baik-baik saja. namun percaya atau tidak semakin malam semakin menggila,  betapa beruntung dan bersyukur memiliki suami yang sangat sabar menanggapi apa saja yang keluar dari mulut seorang perempuan yang sedang melihat bulan purnama berwarna merah darah. Kebetulan hari ini Rabu 8 Okt 2014 Sedang gerhana total. beruntung itu terasanya di hari rabu, karena hari selasanya sedang gelisah.

Tuesday, August 19, 2014

Fenomenologi Berawal.....

Ini Janji saya semalam,  lanjutan dari The Dual Legacy. Sambil menunggu kuliah hari kedua pukul 07:50, tentang Aristoteles. Hal yang penting yang membedakan The Dual Legacy, Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Ini loh yang menjelaskan tentang gambar Plato yang nunjuk keatas artinya bentuk ideal sebuah benda pernah ada, artinya kita sekarang udah tau idealnya bagaimana, sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena dia ada (eksis) ini loh dasar kita melihat penelitian metode Fenomenologi.





ARISTOTELES

Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia Tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun (waktu umur 17 tahun inget gak, kalian jadi murid suapa?).

Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.

Hasil karyanya banyak sekali. Akan tetapi sulit menyusun karyanya itu secara sistematis. Berbeda-beda cara orang membagi-bagiannya, ada yang membaginya menjadi 8 bagian, yang mencakup masalah logika (enam makalah, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting), metafisika, etika, politik, psikologi, biologi, ekonomi dan filsafat alam dan akhirnya retorika dan poetika.

Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum. Ada juga orang yang menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles melipti 3 tahap, yaitu:
1. Tahap di Akademi, ketika ia masih setia kepada gurunya Plato, termasuk ajaran Plato tentang ide.
2. Tahap ia di Assos, ketika ia berbalik dari Plato, mengekritik ajaran Plato tentang ide-ide serta menentukan filsafatnya sendiri
3. Tahap ketika ia di sekolahnya di Athena, waktu ia berbalik dari spekulasi ke penyelidikan empiris, mengindahkan yang kongkrit dan yang individual.

Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Berpikir dilaksanakan dengan perantaraan pengertian-pengertian (meja, kursi, perkakas rumah, dll). Menurut Aristoteles, tiap pengertian berpautan dengan benda tertentu, oleh sebab itu, tiap pengetahuan adalah suatu penggambaran kenyataan. Segala pengertian dapat dihubungkan yang satu dengan yang lain menurut tertibnya dan dapat disusun menurut sifat-sifat yang umum.

Penggolongan menurut sifatnya yang umum ini dapat diperluas lagi hingga sampai kepada kelompok pengertian yang tidak dapat diturunkan dari kelompok yang lebih tinggi lagi, sampai kepada kelompok pengertian yang telah mencakup apa saja yang dapat dikatakan tentang sesuatu. Kelompok paling umum ini disebut kategori. Ada 10 kategori, yaitu:

1. substansi (manusia, binatang, dll)
2. kuantitas (dua, tiga, sepuluh, dll)
3. kualitas (putih, busuk, dll)
4. relasi (rangkap, separoh, dll)
5. tempat (di pasar, di rumah)
6. waktu (kemaren, sekarang, besok, dll)
7. keadaan (duduk, berdiri, dll)
8. mempunyai 9bersepatu, bersuami, dll)
9. berbuat (mengiris, membakar, dll)
10. menderita (terbakar, terpotong-potong, dll)

Kadang ia hanya membuat kategori menjadi 8, tetapi yang paling penting adalah 4 kategori pertama.

Ajaran Aristoteles yang mengenai fisika dan merafisika tidak senantiasa dapat dibeda-bedakan dengan jelas. Sebutan "metafisika" sebenernya memang hanya suatu sebutan yang kebetulan saja. Istilah ini tidak bcrasal dari Aristoteles sendiri. melainkan dari Andronikos dari Rhodos (± 70 SM). la menyusun karya-karya Aristoteles dcngan cara demikian, bahwa karya-karya Aristoteles tentang "filsafat pertama", yang mengenali hal-hal yang bersifat gaib, ditempatkan sesudah karya-karyanya tentang fisika (meta fisika). Kala meta mempunyai arti rangkap, yaitu: sesudah dan di belakang. Judul meta fisitka ketika itu dipandang sebagai tepat sekali untuk dipakai guna mengungkapkan isi pandangan-pandangan yang mengenai "hal-hal yang di belakang gejala-gejala fisik".

Ajaran Aristoteles tentang “yang ada” didasarkan atas ajaran para filsuf pendahulunya. Plato telah memecahkan persoalan yang dihadapi Heracleitos dan Parmenides dengan memandang persoalan itu dari segi keberadaan manusia.

Heracleitos dan Parmenides dihadapkan dengan pemilihan yang sulit, yaitu “apakah kenyataan itu berada di dalam ‘ada’ yang tak berubah, atau di dalam ‘gejala-gejala’ yang terus menerus berubah? Herakleitos hanya mau mengakui gerak saja dan menolak segala gagasan tentang perhentian. sedang Parmenides hanya mau mengakui perhentian saja dan menolak segala gagasan tentang gerak dan peruhahan.

Plato telah mecahkan persoalan itu demikian, bahwa yang serba berubah itu memang ada dan dikenal oleh pengamatan, sedang yang tidak berubah. yaitu idea-idea, dikenal oleh akal. Jadi menurut Plalo ada dua bentuk "yang ada", yaitu bentuk yang dapat diamati, yang senantiasa berubah dan bentuk yang tidak dapat diamati, yang tidak berubah. Hubungan antara kedua bentuk "ada" itu adalah demikian, bahwa "yang tampak" adalah pengungkapan dari "yang tidak tampak”.

Aristoteles tidak setuju dengan pemecahan Plato ini. “Ada” yang olehnya disebut ousia, dalam arti yang sebenarnya hanya dimiliki oleh benda-benda yang kongkrit, artinya: yang sungguh-sungguh berada hanya benda-benda yang kongkrit (meja itu, kursi itu. rumah itu, dll, yang di­amati itu). Di luar benda-benda yang kongkrit, dan di sampingnya tiada sesualu yang berada. "Ada" yang bersifat umum. yang mengungkapkan jenis sesuatu, terdapat di dalam benda yang kongkrit dan bersama-sama dengan benda yang kongkrit itu. Dapat dikatakan, bahwa pengertian­pengertian yang umum (manusia, binatang. dll) hanya mengungkapkan apa yang dimiliki bersama oleh sekelompok benda. Pengertian umum hanya sebutan saja, bukan benda, sekalipun yang dimaksud dengan benda itu hal yang gaib, seperti yang diajarkan oleh Plato.

Inti sari ajaran Aristoteles yang mengenai fisika dan metafisika terdapat dalam ajarannya yang disebut dunamis (potensi) dan energia (aksi). Semua ajaran ini dipakai guna memecahkan soal perubahan dan gerak. "Yang ada" dalam arti yang mutlak adalah apa yang telah terwujud. “Yang tidak ada" hanya dapat menjadi "yang ada" secara mutlak, atau menjadi "yang ada" secara terwujud, jikalau melalui sesuatu, Di antara "yang tidak ada" dan "yang ada" secara mutlak itu terdapat "ada yang nyata-nyata mungkin", atau "yang ada” sebagai kemungkinan, sebagai bakat. sebagai potensi, sebagai dunamis.

Perubahan dan gerak dalam arti yang Iebih luas mencakup hal "menjadi" dan "binasa" serta segala perubahan lainnya, baik di bidang bilangan maupun di bidang mutu dan di bidang ruang. Tiap gerak sebenarnya mewujudkan suatu perubahan dari apa yang ada sebagai potensi ke apa yang ada secara terwujud. Untuk itu diperlukan adanya suatu penggerak yang pada dirinya sendiri telah memiliki kesempurnaan, yang tidak perlu disempurnakan.

Penggerak pertama, yang tidak digerakkan oleh penggerak yang lain ini tidak mungkin dibagi-bagi, tidak mungkin memiliki keluasan serta bersifat fisik. Kuasanya tak terhingga dan kekal. Penggerak pertama yang demikian itu tidak berasal dari dalam dunia, sebab di dalam jagat raya ini tiap gerak digerakkan oleh sesualu yang lain. Penggerak pertama ini adalah Allah. Ialah yang menyebabkan gerak abadi, yang sendiri tidak digerakkan, karena bebas dari materi. Allah adalah Purus, Aktus dan Murni.

Tiap gerak diandaikan adanya tujuan. Dunia ini bertujuan, perkembangannya bergantung pada tujuan itu. Tiap hal yang alamiah memiliki potensi untuk merealisasikan diri sesuai dengan tujuannya. Segala sesuatu di dalam alam raya ini bertujuan. Jagat raya laksana seorang tuan rumah yang baik, yang tidak membuang apa yang berguna. Tujuan gerak segala badan jagat raya itu bukan untuk mencapai kesempurnaan, tetapi untuk menuju kepada Penggerak yang tidak digerakkan, yang tidak berada dalam ruang yang terbatas, yang tidak bersifat badani, yang adalah bentuk aktus murni, yaitu Allah, Ialah yang menggerakkan badan jagat raya ini.

Ajaran Aristoteles tentang manusia melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama masih dipengaruhi oleh Plato, mengajarkan tentang dualisme tubuh dan jiwa serta mengajarkan praeksistensi jiwa.
2. Kemudian meninggalkan dualisme itu. Tubuh dan jiwa dipandang sebagai dua aspek dari satu substansi, yang saling berhubungan, jika tubuh adalah materi, maka jiwa adalah bentuknya. Jiwa adalah aktus pertama yang membuat tubuh menjadi hidup. Pada waktu manusia mati, jiwanya ikut binasa, maka tiada praeksistensi jiwa dan tidak ada jiwa yang tidak dapat mati.

Ajaran Aristoteles tentang negara berhubungan erat dengan etika. Dapat dikatakan, bahwa ajarannya tentang negara mewujudkan lanjutan dan penyelesaian ajarannya tentang etika. Manusia adalah zoon politikon, makhluk sosial, makhluk hidup yang membentuk masyarakat. Demi keberadaannya dan demi penyempurnaan dirinya diperlukan persekutuan dengan orang lain. Untuk keperluan itu dibutuhkan negara. Negara bertujuan untuk memungkinkan hidup dengan baik, seperti halnya dengan segala lembaga yang lain.

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarkhi. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 - 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 - 1198).

Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.

Ah, akhirnya TAMAT BAB 1



The Dual Legacy

Catatan Kuliah : Filsafat Ilmu, 
Kuliah hari ini dengan Prof. Mahfud Arifin, karena saya dipinjami buku milik beliau yang judulnya The Passion of The Western Mind Understanding of the Ideas That Have Shaped Our Wold View karya Richard Tarnas katanya buku ini kereen  Saya merasa terhormat dipinjami buku itu maka saya merasa harus membaca dan meriviewnya minimal ngobrolin sama temen filsuf galau hehehe.

Monday, August 18, 2014

MENGAPA MEME BISA MEMBUAT KITA TERGELITIK?



Ini sengaja saya postingkan di blog, untuk teman yang berada di Papua dan tidak bisa beli koran PR, selamt menikmati :)

Mengapa meme dapat membuat kita tergelitik?


Kemunculan meme tidak dapat dilepaskan dari fenomena sosial dalam masyarakat. Atas dasar itu, untuk memahami sebuah meme, orang yang melihatnya haruslah terlebih dahulu memahami konteks fenomena sosial yang terjadi. Misalnya, baru-baru ini tengah beredar sejumlah meme menyindir pernyataan Taufik Ridho yang mengatakan bahwa Tangkuban Parahu dibuat oleh Roro Jonggrang (terkait dengan pengumpulan data gugatan tim Prabowo-Hatta dalam pilpres 2014). Karena ucapan tersebut dianggap sebagai fenomena sosial yang menarik (seorang tokoh politik salah dalam menyebutkan legenda yang sudah umum diketahui masyarakat), maka berbagai meme tentang itu sontak muncul dan direspon secara massal di jagad dunia mayaHal tersebut berlaku pula pada meme yang melibatkan tokoh populer tertentu seperti Barrack Obama, Yao Ming, Gandalf, Austin Powers hingga Captain Picard. Kemunculan mereka di layar kaca membuat tokoh-tokoh tersebut dikenal oleh masyarakat secara luas. Hal-hal seperti karakter, mimik, suara, hingga gestur, secara umum sudah dimengerti oleh mereka yang sering mengamati media massa. Maka itu, para netizen baru akan faham atau bahkan tergelitik, jika mereka mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut sebelumnya. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa konteks sangat penting bagi kelucuan sebuah meme

Saturday, August 16, 2014

Bahasa Indonesia Seru

Momen yang pas, mau 17-an, agaknya tulisan ini seru mengingat besok adalah hari kemerdekaan yang artinya kita harus bangga berbahasa Indonesia. Juga menginat teman-teman pejuang yang mengajarkan Bahasa Indonesia diseluruh dunia. (ini Ibu Sharon, mengajar di Victor Harbour Australia)

SELAMAT TINGGAL MC

Kemarin, 22, 24 Juni, 16 Agustus 2014

      Saya berturut- turut menjadi MC tentu saya senang sekali
menjadi di acara apapun menurut saya adalah sebuah penghormatan, emang kenapa?
karena orang lain percaya acaranya akan baik-baik saja jika saya yang memandu.
padahal mereka tentu tidak tahu kelak bisa saja MCnya menyabotase membuat kacau balau atau membuat hancur acara yang sudah diagendakan dan disetting jauh-jauh hari dengan biaya yang tidak sedikit.

      
      

Monday, June 23, 2014

MENJADI MAHASISWA S3 (tulisan menjelang tahun ajaran baru)

Dua hari lagi saya akan mendapatkan kartu tanda mahasiswa (KTM). Rasa ini pernah hinggap 15 tahun lalu, tahun 1999, ketika pertama kalinya saya harus melepaskan seragam putih abu lambang keremajaan, kegelisahan, kegenitan, kenakalan, keceriaan.

Waktu itu rasanya hampir sama dengan hari ini yang kurasakan, tentunya saya sudah mengarungi ruang dan waktu sebanyak 5.475 hari WAAAAW fantastis. lalu apakah bedanya?

Bedanya, sekarang saya sudah tau seperti apakah seluk beluk sebuah pendidikan. bedanya saya harus mencari uang sendiri untuk memenuhi kehendak mencari ilmu, bedanya saya tahu seharusnya seperti apa pendidikan itu, karena kebetulan saya bekerja disebuah lingkungan bernama pendidikan.

kalau saya runut lagi sejak pertama kali saya kenal bangku sekolahan adalah: tas baru, sepatu baru seragam baru, betapa hebatnya saya yang anak kecil itu mengenal seragam SD, setiap pagi Mama Saya akan mengepangkan rambut saya dan sayapun akan tiba disekolah paling pagi diantar Papa (dan saat inipun saya masih melakukan kebiasaan itu, saya akan datang paling pagi datang kekampus, dan entah kenapa juga saya selalu kebagian mengajar kelas pukul 07:00).

SMP saya mulai dengan sebuah peradaban baru dibenak saya sekolah bukan lagi euforia menggunakan peralatan sekolah baru, ow saya mulai mengenal teman-teman yang hidup berkelompok alias genggong, saya mengenal teman se-Gang yang selalu kompak dan solider kami punya tas sekolah gang, sepatu gang, bahkan kami punya semua barang yang sama se Gang (hai Rima, Dwi, Nila, Dewi, hari kemarin baru saja saya menjadi MC Ulang Tahun anaknya Nila di hari Minggu dimana hari itu adalah hari yang diharamkan untuk mengambil pekerjaan. tapi saya masih ingat betapa kami sehidup dan semati waktu SMP, saya nekat mengambil job itu ditemani suami yang sedikit sewot tapi mau juga menemani).

SMA adalah lanjutan kehidupan Genggong, tapi relatif tidak seheboh SMP. SMA lebih banyak punya teman dekat alias pacar, kalau saya ingat SMA itu masa kritis betapa putus cinta amat menyiksa bisa bikin demam berminggu-minggu. tapi itu teralih ketika mendapatkan kenyataan akan jadi apa saya kelak ditentukan di bangku SMA dengan kewajiban pilih jurusan kamu IPA apa IPS

Akhirnya, saya kuliah lima belas tahun lalu, masa genting ketika nama saya ditulis disebuah koran bukan karena membuat berita atau apa, tapi karena saya tercatat sebagai mahasiswa disebuah PTN. Oh betapa Papa Mama bangga, dan bercerita kesana kemari karena anaknya lulus dan diterima

Tiga setengah tahun berlalu, saya lulus jadi sarjana. tidak ada yang istimewa selain akhirnya berakhir penderitaan mengejar-ngejar dosen pembimbing yang serasa orang paling dicari didunia ini saya bekerja lima tahun, dan saya kecanduan ingin belajar lagi S2 lah saya. dan sekarang saya masih kecanduan betulkan buku yang saya baca "Sekolah itu Candu" buku itu sudah hilang entah kemana

Berikutnya, tahun ini, tahun ini saya akan menuntaskan pendidikan tertinggi. Saya berdoa
semoga kecanduan saya ini menambah bijak dan dewasa dalam berpikir bukan sekedar euforia dan teman, inilah saya si Mahasiswa Baru