Rabu adalah hari - hari yang biasanya aku dapatkan kesialan-kesialan tak terduga sejak bangun pagi sampai dengan tidur lagi. Dalam tradisi kristen hari Rabu itu Abu. Khusus untuk hari ini semuanya lancar - lancar saja bahkan suami yang biasanya tak mau menunggu untuk pergi bersama, kali ini dia rela meunggu senangnya. Rabu juga adalah hari saat melupakan hari selasa. Selasa kemarin adalah waktu untuk berhenti melakukan ibadah Sholat karena memang tuhan memberikan waktu libur untuk wanita.
Waktu libur itu datang dihari selasa, awalnya baik-baik saja. namun percaya atau tidak semakin malam semakin menggila, betapa beruntung dan bersyukur memiliki suami yang sangat sabar menanggapi apa saja yang keluar dari mulut seorang perempuan yang sedang melihat bulan purnama berwarna merah darah. Kebetulan hari ini Rabu 8 Okt 2014 Sedang gerhana total. beruntung itu terasanya di hari rabu, karena hari selasanya sedang gelisah.
Satu hal yang patut
digarisbawahi adalah kegelisahan dalam menemukan segala hal lalu berakhir pada
sebuah pertanyaan "Apakah saya bahagia, meskipun saya hidup sendiri"
" Apakah saya bahagia meskipun saya tidak mempunyai harta?" "Apakah
saya bahagia meskipun saya sudah tua" "Apakah saya bahagia meskipun
saya memiliki penyakit yang tidak kunjung sembuh" "Apakah saya
bahagia meskipun orang tua saya sudah tidak ada?" dan seribu satu
pertanyaan lainnya.
Beberapa bulan ini
saya belajar filsafat dan menemukan sebuah penuturan pikiran eksistensialisme
Soren Kierkegaard (1813-1855) dia adalah ahli agama. Dia belajar Teologi di
Univ Kopenhagen, bukunya yang terkenal adalah The Concept of Irony (1841).
Saya tidak sedang
ingin membahas tenteng Kierkegaard secara panjang lebar disini. Yang ingin saya
ungkapkan adalah statement Kierkegard “Seorang individu menyadari identitas
dirinya sebagai sebuah masalah, dan berharap melalui penyelidikan yang asasi
rahasia eksistensi dirinya akan dapat membuka arti kebahagian hidupnya”.
Baik mungkin menurut
teman saya yang seringkali mengatakan atau mungkin dia cenderung tidak percaya
dengan apa yang saya tuliskan dan mungkin dia berpikir bahwa saya plagiasi.
Saya katakan disini
bahwa statement diatas “Seorang individu
menyadari identitas dirinya sebagai sebuah masalah dan berharap menlalu
penyelidikan yang asasi rahasia eksistensi dirinya akan dapat membuka arti
kebahagian hidupnya” itu milik Kierkgard yang saya kutip lewat sebuah buku
karya Remy Sylado berjudul “Perempuan Bernama Arjuna” yang saya beli di toko
buku beberapa menit yang lalu. Saya malas mengambil gambarnya, yang jelas buku
itu ditulis dengan apik diberi cover merah bergambar seorang perempuan.
“Puaaaaaasss”
Balik lagi pada sebuah
kegelisahan. Akhir-akhir ini kegelisahan menghantui saya. Entah mengapa dia
menghantui padahal belum lagi mati si gelisah ini tapi sudah jadi hantu yang
terus mengikuti. Saya bersyukur kegelisahan ini muncul layaknya seorang bayi
yang akan tumbuh gigi dia akan gelisah, badannya panas dan mulai tidak tenang.
Gejala awal
menampakkan bahwa kegelisahan saya adalah awal dari keinginan saya untuk
melihat rahasisa eksistensi yang menyangkut identitias diri. Ketakutan-ketakutan
yang saya tuliskan di bab awal adalah gejala berikut setelah itu mencari
jawaban apakah perlu saya gelisah apakah perlu saya takut atau pantaskah saya
gembira. Setelah itu saya terbang ke alam yang “sana” dan saya menjadi lupa
tentang kegelisahan tentang ketakutan tentang apapun dan saya menjadi tidak
peduli dan hanya tersenyum bahagia. Saat ini saya sudah bahagia.