Wednesday, October 08, 2014

KEGELISAHAN VS KEBAHAGIAAN

Rabu adalah hari - hari yang biasanya aku dapatkan kesialan-kesialan tak terduga sejak bangun pagi sampai dengan tidur lagi. Dalam tradisi kristen hari Rabu itu Abu. Khusus untuk hari ini semuanya lancar - lancar saja bahkan suami yang biasanya tak mau menunggu untuk pergi bersama, kali ini dia rela meunggu senangnya. Rabu juga adalah hari saat melupakan hari selasa. Selasa kemarin adalah waktu untuk berhenti melakukan ibadah Sholat karena memang tuhan memberikan waktu libur untuk wanita.

Waktu libur itu datang dihari selasa, awalnya baik-baik saja. namun percaya atau tidak semakin malam semakin menggila,  betapa beruntung dan bersyukur memiliki suami yang sangat sabar menanggapi apa saja yang keluar dari mulut seorang perempuan yang sedang melihat bulan purnama berwarna merah darah. Kebetulan hari ini Rabu 8 Okt 2014 Sedang gerhana total. beruntung itu terasanya di hari rabu, karena hari selasanya sedang gelisah.


Satu hal yang patut digarisbawahi adalah kegelisahan dalam menemukan segala hal lalu berakhir pada sebuah pertanyaan "Apakah saya bahagia, meskipun saya hidup sendiri" " Apakah saya bahagia meskipun saya tidak mempunyai harta?" "Apakah saya bahagia meskipun saya sudah tua" "Apakah saya bahagia meskipun saya memiliki penyakit yang tidak kunjung sembuh" "Apakah saya bahagia meskipun orang tua saya sudah tidak ada?" dan seribu satu pertanyaan lainnya.

Beberapa bulan ini saya belajar filsafat dan menemukan sebuah penuturan pikiran eksistensialisme Soren Kierkegaard (1813-1855) dia adalah ahli agama. Dia belajar Teologi di Univ Kopenhagen, bukunya yang terkenal adalah The Concept of Irony (1841).

Saya tidak sedang ingin membahas tenteng Kierkegaard secara panjang lebar disini. Yang ingin saya ungkapkan adalah statement Kierkegard “Seorang individu menyadari identitas dirinya sebagai sebuah masalah, dan berharap melalui penyelidikan yang asasi rahasia eksistensi dirinya akan dapat membuka arti kebahagian hidupnya”.

Baik mungkin menurut teman saya yang seringkali mengatakan atau mungkin dia cenderung tidak percaya dengan apa yang saya tuliskan dan mungkin dia berpikir bahwa saya plagiasi.

Saya katakan disini bahwa statement diatas  “Seorang individu menyadari identitas dirinya sebagai sebuah masalah dan berharap menlalu penyelidikan yang asasi rahasia eksistensi dirinya akan dapat membuka arti kebahagian hidupnya” itu milik Kierkgard yang saya kutip lewat sebuah buku karya Remy Sylado berjudul “Perempuan Bernama Arjuna” yang saya beli di toko buku beberapa menit yang lalu. Saya malas mengambil gambarnya, yang jelas buku itu ditulis dengan apik diberi cover merah bergambar seorang perempuan. “Puaaaaaasss”

Balik lagi pada sebuah kegelisahan. Akhir-akhir ini kegelisahan menghantui saya. Entah mengapa dia menghantui padahal belum lagi mati si gelisah ini tapi sudah jadi hantu yang terus mengikuti. Saya bersyukur kegelisahan ini muncul layaknya seorang bayi yang akan tumbuh gigi dia akan gelisah, badannya panas dan mulai tidak tenang.


Gejala awal menampakkan bahwa kegelisahan saya adalah awal dari keinginan saya untuk melihat rahasisa eksistensi yang menyangkut identitias diri. Ketakutan-ketakutan yang saya tuliskan di bab awal adalah gejala berikut setelah itu mencari jawaban apakah perlu saya gelisah apakah perlu saya takut atau pantaskah saya gembira. Setelah itu saya terbang ke alam yang “sana” dan saya menjadi lupa tentang kegelisahan tentang ketakutan tentang apapun dan saya menjadi tidak peduli dan hanya tersenyum bahagia. Saat ini saya sudah bahagia.